Minggu, 01 November 2009

mario teguh

Mario Teguh Golden Ways 19 Juli 2009: Cahaya Dari Tanah Suci

07.20.2009 by redaksi in Super Notes

Sahabat Indonesia, Syukur Alhamdulillah dalam kesempatan ini kami kembali bisa mengetengahkan resume dari acara Mario teguh Golden Ways MetroTV edisi 19 Juli 2009. Edisi Golden Ways kali ini adalah Edisi Spesial dengan Tema Mario Teguh Goes To Mecca: Cahaya Dari Tanah Suci. Sangat banyak pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan Pak Mario dan rombongan ke Tanah Suci Mekah. Bagi yang sudah meraskan undangan dari yang Maha Kuasa pergi kesana, akan rindu untuk kembali memenuhi undangan-Nya. Dan bagi yang belum mempunyai kesempatan memenuhi undangan mulia ini seperti kami, akan semakin kuat berkeinginan dan berdo’a agar disegerakan dan dimudahkan memenuhi panggilan mulia ini. Berikut resume yang bisa kami catat:

mtgoestomecca
Sumber Gambar:MTSuperClub@yahoogroups.com


Kita diundang untuk datang menemui Tuhan agar kita dimuliakan menjadi pribadi yang berkualitas untuk diuji. Untuk hidup dalam kenikmatan dan hidup dalam kekuasaan untuk memastikan terbentuknya kebaikan dan kemuliaan. Undangan itu tidak hanya berlaku di tanah suci, tetapi berlaku diseluruh kehidupan kita.

Ibadah itu bukan hanya hadirnya, tetapi keseluruhan prosesnya. Untuk itu kebahagiaan itu bukan akhir dari sebuah perjalanan, tetapi kualitas dari sebuah perjalanan.

Gunung uhud adalah gunung yang dijanjikan Rasulallah akan ditemukan nanti di surga, gunung ini pernah menjadi benteng bagi perlindungan kota madinah dari serangan kafir quraish.

Walapun sejarah mencatat pada peperangan digunung ini, pasukan Rasulallah kalah perang, karena para pasukan Rasulallah tidak mengindahkan instruksi pimpinan pasukan, tidak disiplin pada posisinya masing-masing, mereka malah sibuk dengan rampasan perang. Pada peperangan ini Rasulallah mengalami luka yang cukup parah, ini adalah pelajaran bagi kita, bahwa tidak ada satu orang pun dibumi ini yang luput dari masalah, bahkan seorang kekasih Allah sekalipun pasti diberikan masalah dalam kehidupan-nya.

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)

Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir. (QS. 3:32)

Tuhan yang Maha Besar yang Maha Perkasa ini sangat memperhatikan yang sangat kecil sekalipun dalam kehidupan kita. Banyak hal yang tidak kita duga, bahkan hal yang kita anggap remeh, sekalipun tidak kita minta, Tuhan berikan kepada kita.

Tetapi yang sering kita lakukan bukan meminta melainkan mengeluh. Dan dalam keluhan itu sering Tuhan menunjukka bahwa kita berhak bagi yang buruk. Bahwa keluhan itu tidak boleh kita sampaikan kepada yang Maha Mulia, memintalah yang baik, karena keberadaan Tuhan sebagai tonggak untuk bergantung, tempat untuk mengacu dan tempat untuk bersandar.

Tuhan tidak akan membiarkan menunggu lama bagi sahaba-sahabat yang rindu akan kehadirannya ke tanah suci. Tidak menunggu lama mereka untuk datang ke tanah suci, seraya mengatakan “Labaik Allahuma labaik, labaika laa syarikalaka labaik”.

Undangan itu tiga kali seruannya dan tiga kali janjinya untuk memuliakan yang memiliki semua pujian, untuk memuliakan Dia yang memiliki nikmat dan Dia yang memiliki kekuasaan.

Kalau menjadi pribadi yang terpilih, kita akan diijinkan berbagi kualitas agar dipuji, kita akan diijinkan kesempatan untuk menikmati nikmat. Kita juga akan diijinkan menjadi pribadi yang berwenang.

Kalau kita menyerahkan sebuah pedang kepada seoarang ksatria yang akan digunakan untuk memenangkan peperangan, kita tidak boleh menyerahkan pedang seadanya.

Banyak orang dalam berserah kepada Tuhan, meneyrahkan dirinya apa adanya. Dia mengerti bahwa konsep berserah itu seadanya dirinya, lalu mengharapkan Tuhan menggunakan dirinya yang seadanya untuk sehebat-hebatnya penggunaan.

Mulai saat ini kita harus mengerti, bahwa seorang pendekar yang akan berperang tadi membutuhkan sebaik-baiknya pedang. Apabila kita sebuah pedang maka tajamkan diri, kilatkan diri, sehingga efek dari ketajamannya akan keluar dengan maksimal.

Pedang itu diminyaki dengan baik, diberikan gagang yang baik, sehingga penggunanya akan lebih memilih pedang kita, dibanding pedang lainnya.

Dalam penggunaan pribadi, apabila mau menyerahkan diri kepada Tuhan untuk penggunaan yang sehebat-hebatnya, maka ia harus menghebatkan dirinya, dia akan malu menyerahkan dirinya apa adanya. Sehingga apabila kita berserah, kita berserah sebagai pribadi yang terbaik, dari yang bisa kita upayakan bagi diri kita sendiri.

Jangan lagi menunda menjadi pribadi yang lebih tajam dalam berfikir, segar ingatannya, lebih santun pendekatannya, lebih powerfull keinginannya untuk mendatangkan kebaikan, sehingga penggunaan yang diberikan kepada kita adalah penggunaan yang sebaik-baiknya. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Jadi jangan serahkan diri kita kepada Tuhan untuk menjadi pribadi yang terbaik, tanpa menjadikan diri kita menjadi pribadi yang terbaik untuk diserahkan kepada Tuhan.

Jabal Nur adalah salah satu tempat bersejarah dalam perkembangan Islam, yaitu tempat diturunkannya 5 ayat pertama dalam Al-qur’an kepada Rasulallah, yakni surah Al-Alaq 1-5

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
5. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Perintah membaca harus dimengerti sebagai perintah untuk menggunakan semua indera dari keberadaan kita untuk mencapai pengetian.

Orang yang hanya membaca tapi tidak mengeti, dia hanya memandang. Tetapi seseorang yang tanpa pandangan, tetapi dia mengerti maka sesungguhnya dia telah membaca.

Disini kita diminta utuk menerima, bahwa ilmu itu sumbernya hanya 2, yang pertama diturunkan, yang kedua diamati.

Ilmu yang diturunkan ini tidak bisa kita karang, mengenai satunya Tuhan, mengenai kehidupan setelah mati, mengenai malaikat, mengenai hari pembalasan, ini tidak ada cara untuk mengarangnya sendiri.

Yang kedua adalah ilmu yang kita dapatkan dari bagaimana kita mengamati kehidupan ini. Keseluruhan hidup ini menjadi lebih bermakna setelah kita menguasai dengan ikhlas hal2 yang diturunkan, lalu dengan ikhlas pula kita menggunakan semua keberadaan kita untuk menjadi ahli dalam ilmu yang kita amati.

Printah untuk membaca ini ada kitab-kitabnya, yang pertama adalah Al-qur’an, yang didalamnya ada kalimat-kalimat Tuhan langsung, yakni kalimat-kalimat yang tidak ada lagi keraguan didalamnya, yang sempurna sebagai pokok dari semua ilmu.

Tetapi tidak semua isi Al-qur’an ini mudah dicerna oleh orang awam, maka Rasulallah menyampaikan Sunah, yang berupa uraian dalam kehidupan keseharian kita, dalam bahasa dan cara-cara yang ramah bagi pengertian kita. Semua ini telah terjadi ribuan tahun yang lalu dan tetap berlaku sampai sekarang.

Tetapi ada satu kitab, yang tidak mungkin kita tuliskan, kitab mengenai ilmu Tuhan yang sangat besar, yang seandainya kita gunakan air yang ada dilautan ini sebagai tintanya, lalu kita pootong dan kita raut semua pohon yang ada didunia sebagai pena, buku itu tidak akan selesai ditulis.

Buku itu sedemikian besar, sehingga kita tidak mungkin meleset memperhatikannya. Buku itu ada didalam kehidupan kita.

Bagi orang-orang yang memperhatikan, dia telah memulai proses mengerti, tidak ada orang yang mengerti akan berlaku buruk.

Seseorang yang terdidik tapi berlaku buruk, adalah seseorang yang telah menghabiskan waktunya untuk bersekolah, tetapi masih belum mengerti, karena semua pengetian baik tujuannya adalah membaik-kan kehidupan.

Tujuan dari agama adalah untuk kebaikan dan untuk membaikan. Karena apabila agama tidak menjadikan kehidupan kita baik, mengapa kita meyakininya?

Untuk itu orang-orang yang salah dalam kehidupannya selalu ditanya, apakah engkau tidak berpikir?

Selalu ada dua tanggung jawab dalam setiap do’a. Dan Tuhan telah mengambil tanggung jawab untuk menyetujui sebuah do’a, asal yang berdo’a-nya juga memantaskan dirinya bagi pemenuhan do’a itu.

Bukan kurangnya cinta didalam sebuah kebersamaan yang menjadikan kebersaaan itu tidak mebahagiakan, tetapi tidak cukupnya persahabatan.

Karena persahabatan itu sebuah keadaan yang kualitasnya indah. membutuhkan proses yang sadar untuk membangun.

Maka anjurannya bagi setiap orang yang sudah berdo’a menyampaikan kepada Tuhan agar dia disatukan dengan jiwa yang dicintai lainnya, dia harus mensahabatkan dirinya kepada jiwa apapun yang diinginkannya menjadi pendamping.

Banyak orang menikah tanpa persahabatan, dan banyak orang menemukan keindahan dalam persahabatan dan kemudian menuntun mereka kepada kebersamaan resmi yang diridhoi Tuhan yang namanya pernikahan itu.

Mudah-mudahan kita semua menjadi pribadi-pribadi yang do’anya dikabulkan Tuhan karena kita bekerja keras untuk memantaskan diri bagi jawaban dari do’a-do’a kita.

Kalalu kita berbicara sangat serius, kita berkata demi Tuhan, kalau Tuhan berbicara sangat serius Beliau berkata Demi Masa/Demi Waktu. Karena sebetulnya kita kalau dihitung dari penggunaan waktu, hampir semua diantara kita merugi. Tuhan memiliki waktu dan semua kenikmatan dan kekayaan didalam waktu itu.

Dengan memintanya sedikit dari waktu-Nya yang dikaruniakan kepada kita sebagai masa untuk memuj-iNya, memuliakan-Nya, karena tidak mungkin orang-orang jelek, mampu memuliakan Tuhan.

Jadi cara Tuhan memuliakan kita, kita mumuliakan Tuhan dalam sedikit waktu yang dimintaNya, lalu kita diuji, apakah kita mendahulukan rasa takut rugi, karena menggunakan waktu tidak untuk perniagaan serta tidak untuk hal-hal yang membangun kekuasaan didunia.

Orang-rang yang ikhlas bisa kita lihat meninggalkan apapun yang dilakukannya begitu Adzan berkumandang, menutup semua perniagaannya untuk pergi memenuhi panggilanNya, karena dia yakin dengan menginvestasikan sedikit waktu untuk memuliakan Tuhan, dia akan dimuliakan Tuhan.

Kemudian mereka dengan tulus menyerahkan fokusnya kepada pemuliaan Tuhan, karena sedikitpun waktu yang tersisa untuk perniagaan, cukup bagi Tuhan untuk memperkayanya, untuk memuliakannya didalam rentang waktu yang sangat sedikit itu.

Tetapi terkadang kita meragukan kemampuan Tuhan untuk menjadikan kita apapun yang Beliau kehendaki. Dengan menggunakan logika sederhana kita, bahwa kalau waktunya tidak banyak uangnya tidak banyak. Padahal Tuhan berjanji kalau Aku berkenan, Aku bisa jadikan apapun.

Dan kehebatan Tuhan itu sangat sederhana, ketika Beliau berkehendak, hanya perlu mengatakan ‘kun fayakun‘, maka jadilah sesuatu yang dikehendakinya itu.

Tiga Tugas kita sebagai kekasih Tuhan adalah
- Meminta kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
- Memantaskan diri bagi penerimaan dari permintaan kita
- Menerima dengan kesyukuran.

Meminta adalah sesuatu yang sangat sederhana, tetapi tidak dilakukan oleh semua orang, bahkan oleh yang taat diantara kita.

Mereka lama beribadah, lama merasa meminta, tetapi sebetulnya yang ada adalah tantangan-tantangan. Misalnya dengan mengatakannya kepada Tuhan: Kalau tidak disetujui ya..sudah, Kalau Tuhan tidak mau kasih ya..sudah.

Memang Beliau Maha Mengerti, beliau mengharapkan kita mengerti kalau kita meminta, maka memintalah, jangan menantang.

Kalau kita takut hilang kita berdo’a, kalau kita takut rugi kita berdo’a, kalau kita takut ditinggalkan oleh orang yang kita cintai, maka kita berdo’a. Tetapi kalau sudah ditetapkan terjadi baru kita ikhlas.

Memintalah sederhana saja, karena permintaan yang sederhana dan jujur adalah pengakuan keimanan. Anda tidak perlu menyindir-nyindir Beliau, anda tinggal datang lalu katkan ” Tuhan aku ingin menjadi orang pandai, orang yang bijak, orang yang mengasihi orang lain, orang yang memuliakan nama-Mu, orang yang mewakili kehadiran-Mu dalam kehidupan ini bagi saudaraku”.

Hal ini-lah yang menjadikannya pantas menerima, dan setelah menerima dia bersyukur dan menggunakan apa yang diterimanya bagi kemaslahatan diri dan saudaranya.

Apabila tiga hal ini dilakukan dengan baik, maka akan mengundang kepadanya tiga hal yang lebih hebat lagi. Meminta yang lebih hebat lagi, memantaskan kepada yang lebih hebat lagi dan menerima dengan lebih syukur.

Sebagai kekasih Tuhan, marilah kita meminta keada Beliau, memantasan diri bagi permintaan kita, dan bersyukur sekali saat menerima yang diberikan untuk permintaan kita.

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS: Al-Isra :1)

Untuk percaya kita tidak harus mengerti, karena keimanan itu adalah penyerahan yang belum tentu bisa dijelaskan. Tuhan menunjukkan hal-hal logis dalam kehidupan kita, melihat bukti-bukti yang bisa diamati dengan indera kita, bahwa keyakinan kepada yang baik akan membaikkan kehidupan.

Tetapi dalam hal-hal yang logis itu, Tuhan selalu menyisipkan hal-hal yang tidak logis, untuk menguji keutuhan keimanan kita.

Seperti perjalanan Rasulallah ke Sidratul Muntaha, ke lagit yang berlapis-lapis itu hanya dalam semalam, diabad dimana teknologi untuk mempercepat perjalanan belum sebaik sekarang, bahkan teknologi sekarangpun tidaklah cukup.

Sehingga akan selalu ada komponen tidak logis dalam logika keimanan kita, karena kalau semuanya logis kita tidak membutuhkan Tuhan.

Isra Mi’raj mengajarkan kepada kita untuk menyerahkan komponen yang tidak logis bahkan yang tidak mungkin tadi kepada yang meneruskan upaya kita.

Perlu anda ingat bahwa Tuhan akan campur tangan dalam pekerjaan orang yang tidak mungkin diselesaikannya apabila dia mengkekasihkan diri kepada Tuhan.

Maka jadikanlah pelajaran dari perjalan Isra’ Mi’raj ini untuk menaikan kita dan kehidupan keluarga yang tercinta dalam taraf-taraf kualitas kehidupan yang tadinya tidak mungkin hanya dicapai dengan hal logis.

Berserahlah sepenuhnya, sehingga banyak hal-hal yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin, yang tadinya tidak logis menjadi sangat logis bagi orang yang beriman.

Kita Mengucapkan:
Labaika Allahmumma Labaik, Labaika La Syarikalaka Labaik, Innal Hamda Wanikmatak Laka Wal Mulk, La Syarikalak.
(Hamba-Mu datang menyahut panggilan-Mu, ya Allah, Hamba-Mu datang menyahut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji-pujian dan nikmat dan kerajaan adalah kepunyaan-Mu yang tiada sekutu bagi-Mu.)

Aku datang memenuhi panggilan Mu, Ya Allah, diucapkan sebanyak tiga kali. Berati kita datang karena dipanggil. Itu sebabnya bisa kita lihat di Mekkah, di Madinah, orang2 yang datang dari ribuan kilometer, dengan kesyahduan yang dalam, air mata yang jujur, hadir di raudah, didepan ka’bah. Tetapi ada penduduk ka’bah sendiri yang lahir Islam, hidup dalam Islam, sampai 55 Tahun belum umrah dan haji.

Tidak berati yang dipanggil dan yang mendengar itu yang dekat secara fisik, tetapi yang dekat kepada Tuhan.

Kalau kita datang memenuhi undangan seorang teman yang kaya, sebutlah juragan durian, maka ketika kita pulang kita pasti dibekali durian. Kalau kita hadir memenuhi panggilan yang serba Maha, kita mudah-mudahan pulang ke negara kita dengan kualitas-kualitas yang menjadikan kita patut dipuji, karena lebih anggun, lebih santun, lebih indah prilakunya.

Tuhan juga memiliki kenikmatan, dan banyak orang telah memiliki kenikmatan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menikmati.

Dan mudah-mudahan sepulang dari tanah suci, kita diberikan kemampuan untuk menikamti yang sudah ada, karena ketulusan menikmati yang sudah ada, adalah syarat untuk pelimpahan kenikmatan berikutnya.

Tuhan juga Memiliki kekuasaan, dan mudah-mudahan sekembalinya dari tanah suci kita menjadi pribadi yang lebih berwenang, karena perintah amar ma’ruf nahi munkar sebetulnya tidak diturunkan bagi orang lemah, itu diturunkan kepada kita yang berwenang, yang bisa mengatakan dengan tegas sesuatu yang benar dan yang salah.

Keindahan dari beribadah di tanah suci, hanya bisa kita ceritakan, tetapi pengertiannya tidak mungkin pindah kepada orang-orang yang belum betul-betul hadir di tanah suci.

Maka kami berdo’a agar Tuhan tidak melamakan kerinduan hati para sahabat yang sudah lama ingin hadir di Tanah Suci. Memintalah kepada Beliau, Tuhan tidak membedakan yang kaya, yang sehat, yang kuat, dan yang berkuasa.

Tuhan memanggil kita, untuk menjadikan yang dipanggilnya pribadi-pribadi yang dicintainya. Kami menyaksikan disini, bahwa tidak ada kebaikan sedikitpun yang tidak dihormati Tuhan.

Demikian resume dari acara Mario Teguh Golden Ways Edisi Spesia Mario Teguh Goes To Mecca dengan Topik “Cahaya Dari Tanah Suci”. Semoga kita yang belum berksempatan memenuhi undangan suci ini, bisa disegerakan oleh Dia Yang Maha Pemungkin untuk memenuhi undangan-Nya .

Terimakasih Pak Mario, atas ilmu-ilmu terbaik dan pengalaman berharga yang telah dibagikan kepada kami, mudah-mudahan Allah SWT semakin meluaskan ilmu Bapak dan memberkati Bapak dan Keluarga. Amin

Jika sahabat ingin mendengarkan audio rekaman dari nasihat-nasihat Pak Mario Teguh dalam format mp3, silahkan untuk masuk ke halaman Super Download.
Share and Enjoy:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar